Friday, July 2, 2010

Upaya Medis Yang Dapat Dikerjakan Pada Penyakit Jantung Bawaan

Kata “bawaan” dalam Penyakit Jantung Bawaan (PJB) berarti sudah terjadi sebelum anak dilahirkan. Kelainan timbul karena jantung atau pembuluh darah sekitar jantung tidak terbentuk sebagaimana mestiny. Sebagian besar kasus tidak diketahui penyebabnya dan multifaktorial. Faktor-faktor yang menyebabkan di antaranya adalah infeksi virus rubella (German Rubella) pada masa kehamilan ibu, genetik misalnya pada Sindroma Down, ataupun riwayat obat-obatan yang dimakan selama kehamilan.
Secara garis besar kelainan yang nampak pada saat bayi dilahirkan dapat berupa biru atau tidak biru. Sering kali bayi juga menunjukkan gejala gagal tumbuh kembang, ataupun sakit saluran pernapasan berulang. Penyakit jantung bawaan ada yang sederhana dan ada yang rumit, untuk mengatasinya diperlukan rangkaian pemeriksaan dan sebagian besar akan memerlukan tindakan operasi.
Di Indonesia diperkirakan 40.000 bayi lahir dengan PJB setiap tahun. Sebagian besar meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun. Sedangkan cakupan pembedahan PJB di Indonesia baru berkisar 800-900 kasus (80% dilakukan di RS Jantung Harapan Kita) per tahun, jadi masih jauh di bawah kebutuhan. Keterbatasan ini disebabkan terutama karena masalah biaya, di samping fasilitas diagnostik dan pembedahan yang masih belum tersebar di seluruh Indonesia.

Bagaimana PJB Di Diagnosis
PJB yang berat dapat dikenali dan didiagnosa pada masa bayi. Namun kelainan yang cukup bermakna dapat ditemukan setiap saat pada usia anak-anak. Pada sebagian kecil kasus, kelainan tidak dapat dikenali sampai usia remaja atau dewasa. Bila PJB yang di derita cukup berat, seorang dokter akan mengirim anak untuk diperiksa oleh dokter ahli jantung anak.
Tahapan pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik, laboratorium dan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dari yang sederhana seperti Rontgen dan EKG. Dilanjutkan dengan pemeriksaan ekokardiografi. Sebagian besar kasus dapat terdiagnosis dengan tepat hanya menggunakan ekokardiografi. Bila diperlukan data yang lebih akurat dilakukan pemeriksaan kateterisasi. Dengan kateterisasi dokter jantung dapat mempelajari bentuk anatomi jantung dan fungsinya secara tepat.
Hasil semua pemeriksaan akan dibahas dalam suatu konferensi bedah antara dokter jantung anak dan dokter bedah jantung anak. Dalam konferensi itu dibahas tentang diagnosis, indikasi operasi, saat yang terbaik menjalani operasi serta prospek jangka pendek dan jangka panjang.

Upaya Medis
Setelah penderita didiagnosis PJB, maka pengobatan yang diberikan dapat berupa hanya pemberian obat, dapat pula berupa intervensi non bedah atau dengan cara pembedahan. Intervensi non bedah dikerjakan oleh dokter kardiologi anak dengan menggunakan kateterisasi. Kelainan yang dapat dikerjakakan terbatas pada beberapa kelainan saja seperti penutupan celah pada septum atrium (ASD), penyumbatan pada PDA, ataupun pada beberapa kelainan katup. Pada kasus kasus emergensi dapat dikerjakan intervensi non bedah sebelum dilanjutkan dengan operasi (Ballon atrial septostomy). Sebagian besar kasus PJB harus dilakukan dengan upaya pembedahan.
Secara umum pembedahan pada kelainan jantung bawaan dapat dibagi atas 2 kategori yaitu pembedahan korektif dan pembedahan paliatif. Pembedahan korektif adalah tindakan bedah yang bertujuan untuk membuat anatomi jantung menjadi normal sehingga fungsinya menjadi normal kembali. Kadang kadang kondisi jantung anak terlalu rumit untuk dilakukan operasi yang bersifat korektif. Sehingga sering pula dilakukan operasi yang bersifat paliatif. Operasi paliatif merupakan operasi perantara sebelum dilakukan operasi korektif di kemudian hari. Namun operasi paliatif ini dapat juga merupakan operasi definitif (tidak bisa dilakukan operasi korektif lagi karena rumitnya kelainan jantung pada anak). Jadi terlihat bahwa pembedahan pada PJB tidak selalu dapat dikerjakan satu tahap.
Bila dilihat dari jenisnya, operasi jantung terbagi dalam 2 macam yaitu operasi jantung “terbuka” dan operasi jantung “tertutup”. Operasi jantung terbuka adalah operasi yang memerlukan bantuan mesin jantung-paru, sehingga selama operasi, jantung dapat dihentikan sementara dan fungsi untuk menyuplai darah ke seluruh tubuh di ambil alih oleh mesin. Sedangkan operasi jantung tertutup merupakan operasi yang dikerjakan tanpa menggunakan mesin jantung paru, dan operasi dilakukan dengan jantung tetap berdenyut.
Operasi jantung merupakan prosedur yang “rumit”. Diperlukan tim yang terdiri dari 2 orang dokter bedah, 1 orang ahli anestesi, 1 orang ahli perfusi, 2 orang perawat bedah dan 1orang teknisi. Masing-masing ahli berpengalaman dalam bidang tugasnya, dan mampu bekerjasama dengan baik. Pasca operasi pasien membutuhkan perawatan intensif di ICU khusus di mana pengawasan dilakukan secara ketat. Dengan kemajuan pengetahuan dan teknologi, walaupun operasi jantung merupakan operasi yang rumit, sekarang sudah dapat memberikan hasil yang baik.

Beberapa PJB Yang Sering ditemui
VSD (Ventrikular Septal Defect). Secara harfiah VSD berarti terdapat lubang pada sekat bilik jantung. Merupakan PJB yang paling sering di jumpai. VSD yang besar menyebabkan lebih banyak darah yang bocor dari bilik kiri ke kanan sehingga akan meningkatkan aliran serta tekanan pada sirkulasi paru – paru. Hal ini akan menimbulkan beban kerja pada jantung sehingga terjadi gejala – gejala gagal jantung pada anak yang menderitanya, yaitu; nafas cepat, berkeringat banyak dan tidak kuat menghisap susu. Apabila dibiarkan pertumbuhan anak akan terganggu dan sering menderita batuk disertai demam. Pembedahan merupakan cara pengobatan yang terbaik, dan biasanya dilakukan pada usia 3 atau 4 bulan. VSD ukuran sedang dapat diobati dan diamati sampai beberapa tahun, dengan harapan dapat mengecil atau menutup spontan. Operasi perlu dilakukan apabila VSD tetap ada, biasanya pada usia prasekolah yaitu 3-5 tahun.

No comments:

Post a Comment