Saturday, July 3, 2010

DEFINISI DAN PENYEBAB KERACUNAN MAKANAN

Setiap keadaan yang menunjukkan kelainan multisistem dengan penyebab yang tidak jelas harus dicurigai kemungkinan keracunan. Misalnya bila ditemukan penurunan tingkat kesadaran secara mendadak, gangguan nafas, manifestasi berat pada klien psikiatrik, sakit dada pada remaja, aritmia yang mengancam nyawa, atau gejala klinis pada pekerja dengan lingkungan kerja yang mengandung bahan kimia, asidosis metabolic yang sukar dicari penyebabnya, tingkah laku aneh, ataupan kelainan neurologis dengan penyebab yang sukar diketahui.
Racun adalah zat yang ketika tertelan,terhisap, diabsorbsi,menempel pada kulit,atau yang dihasilkan oleh tubuh dalam jumlah yang relatif kecil dapat menyebabkan cedera tubuh dengan adanya reaksi kimia.Kecelakaan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dank arena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya kesehatan.Sekitar 7% dari semua pengunjung departemen kedaruratandatang karena masalah toksik atau racun (Brunner and Suddart, KMB,hal : 2485).
Racun adalah zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang dalam dosis toksik akan menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan kematian.Pemeriksaan toksikologi ditujukan untuk mencari jenis racun yang masuk dan penyebab kematian.Kecepatan racun berdasarkan cara masuk, berturut-turut dari yang paling cepat menimbulkan efek samping yang paling lambat yaitu imhalasi, kemudian injeksi, oral, rektal atau vaginal, dan terakhir melalui kulit yang sehat (Mansjoer Arief,Kapita Selekta Kedokteran,Jilid 2, hal : 214).
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi dengan cara pemberian, apakah melalui kulit, mata, paru, atau suntikan, karena hal ini mungkin mengubah tidak hanya kecepayan absorbsi dan distribusi suatu bahab toksik, tetapi juga jenis dan kecepatan metabolismenya.Pertimbangan lain meliputi perbedaan respon jaringan.
Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas seperti adanya bau gas batu nara(saat ini jarang), pupil sangat kecil (pinpoint), muntah, depresi dan hilangnya pernafasan pada kerscunan akut morfin dan alkoloidnya. Pupil pinpoint merupakan satu-satunya tanda , karena pupil biasanya berdilatasi pada pasien yang mengalami keracunan akut. Kecuali pada pasien yang sangat rendah tingkat kesadarannya, pupilnya mungkin menyempit tetapi tidak sampai berukuran pinpoint.
Kulit muka merah, banyak berkeringat, tinitus, tuli, takikardi, dan hiperventilasi sangat mengarah pada keracunan salisilat akut (aspirin).
Luka bakar berwarna putih pucat pada mukosa mulut dan luka bakar keabu-abuan pda bibir dan dagu menunjukkan pasien telah meminun bahab kaustik atau korosif; dan bau lisol adalah cirri khas intoksikasi derivate fenol.
Ditemukannya juga lesi pada kulit pasien yang tidak sadarkan diri, terutama pada daerah kulit yang eritema, sangat mengarah pada dosis barbiturate berlebihan sebagai penyebab koma. Frekuensi terjadinya lesi-lesi ini sampai 6%, terutama bila menggunakan preparat-preparat barbiturate dengan masa kerja sedang. Lesi ini paling sering ditemukan pada lipatan diantara dua permukaan kulit yang mengalami tekanan, seperti celah antar jari dan bagian dalam lipatan lutut. Lesi jarang timbul pada daerah dengan tekanan maksimum.Bila dijumpai, biasanya terjadi pada keracunan akut lain, terutama glutetimid, antidepresan trisiklik, metakualon, meprobamat, dan karbon monoksida.
Penting pila diperiksa adanya tanda-tanda tusukan jarum suntik terutama dipunggung tangan, fosa kubiti, lengan bawah dan pada bagian dalam betis serta pleksus vena rectum, vagina, dan sublingual.Luka-luka tusuk ini sering disertai dengan infeksi.
Ciri lain adalah mainlining, terutama pada penggunaan metakualon dan barbiturat, berupa ulkus dangkal di vena superfisial karena tercecernya obat ke dalam jaringan subkutan.
Kombinasi hipertonik, reflek ekstremitas yang meningkat, sering disertai dengan klonus, respon ekstensor, dan mioklonik disamping menurunnya kesadaran menyokong diagnosis keracunan Mandrak (difenhidramin dan metakualon).
Hilangnya kesadaran dengan pupil berdilatasi lebar, distensi vesika urinaria, bising usus negative, aritmia jantung, dan gejala-gajala traktus piramidalis sering merupakan akibat dosis berlebih obat antidepresan trisiklik.
Riwayat menurunnya kesadran yang jelas dan cepat, disertai dengan gangguan pernafasan dan kadang-kadang henti jantung pada anak muda sering dihubungkan dengan keracunan akut destropropoksifen, terutama bila digunakan bersama alcohol.
Anak-anak remaja yang menujukkan cirri-ciri seperti ini mengarah pada intoksikasi alcohol tetapi dengan nafas yang berbau pelarut seperti aseton atau toluene, harus dicurigai telah melakukan solvent sniffing, biasanya karena menghirup perekat buatan pabrik.
Untuk zat aditif, gejala terdiri dari dua kelompok besar yaitu:
a. Kelompok sindrom simpatomimetik
Gejala yang sering ditemukan adalah dilusi, paranoid, takikardi, hipertensi, hiperpireksia, keringat banyak, midriasis, hiperefleksi, kejang (pada kasus berat), hipotensi (pda kasus-kasus berat), dan aritmia (pada kasus berat).Obat-obat dengan gejala tersebut adalah:
• Amfetamin
• MDMA dan derivatnya
• Kokain
• Dekongestan
• Intoksikasi teofilin
• Intoksikasi kefein
b. Golongan opiate (morfin, patidin, heroin, kodein) dan sedative
Tanda dan gejala yang sering ditemukan adalah koma, depresi nafas, miosis, hipotensi, bradikardi,hipotermia, edema paru, bising usus menurun, hiporefleksi, kejang (pada kasus berat). Pada kelompok ini dimasukkan beberapa obat yaitu:
• Narkotika
• Barbiturate
• Benzodiasepin
• Meprebamat
• Etanol
Penggolongan racun berdasarkan sumber, tempat, organ yang dipengaruhi, mekanisme kerja dan cara kerja atau efek racun:
 Racun local : zat korosif, zat iritan seperti arsen, dan HgCl2, anestetik seperti kokain dan asam kobalt;
 Racun sistemik : narkotika, barbiturate, dan alcohol (terutama berpengaruh terhadap susunan saraf pusat), digitalis dan asam oksalat (terutama terhadap jantung),CO dan sianida (terutama terhadap enzim pernapasan intrasel), insektisida golongan fosfor organik karbamat dan chlorinated-hidrokarbon, striknin (terutama terhadap medulla spinalis), catharides dan HgCl2(terutama terhadap ginjal);
 Racun campuran : asam oksalat, asam karbolat, arsen, dan garam Pb.
Keracunan makanan merupakan penyakit yang tiba-tiba dan mengejutkan yang dapat terjadi setelah menelan makanan atau minuman yang terkontaminasi zat racun misalnya botulisme yaitu keracunan yang terjadi akibat terkena racun ikan buntok.Botulisme adalah keracunan makanan yang serius yang membutuhkan surveilen terus menerus.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keracunan:
Efek racun bervariasi tergantung dari cara masuk, umur(orang tua,anak biasanya lebih sensitif),kondisi tubuh(adanya demam, penyakit hati, ginjal, lambung, bentuk fisik dsb),kebiasaan (alkohol dan morfin dapat terjadi toleransi), idiosinkrasi dan alergi (dipengaruhi oleh konsentrasi, struktur kimia, adanya efek dan adisi dan sinergisme), dan waktu pemberian (absorbsi sebelum makan lebih baik).
Keracunan makan dapat disebabkan oleh banyak hal seperti: makanan kaleng yang terkontaminasi zat racun kaleng yang kadaluarsa,keracunan oleh zat racun hewan, bakteri,tunbuhan,oleh gas,dan sebagainya.

No comments:

Post a Comment