Friday, July 2, 2010

Teori Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Akses atau pemanfaatan kesehatan oleh seseorang dipengaruhi oleh banyak hal. Keputusan untuk memanfaatkan pelayanan merupakan proses yang sangat kompleks yang melibatkan keputusan individual, sosial dan dipengaruhi oleh profesional kesehatan (Miller, at al, 1997). Dalam teori Andersen dijelaskan bahwa hal-hal yang mempengaruhi akses seseorang terhadap pelayanan kesehatan meliputi banyak faktor yang dapat digolongkan menjadi tiga bagian yaitu faktor predisposisi (predisposing), faktor pemungkin (enabling) dan kebutuhan (need).
a. Faktor Predisposisi (predisposing)
1). Faktor Demografik
Andersen (1998) menyatakan bahwa cirri-ciri demografik yang berbeda pada tiap-tiap individu menyebabkan tipe dan pola penyakit yang berbeda, sehingga hal ini akan mengakibatkan pola pemanfaatan pelayanan kesehatan yang berbeda pula.
a). Umur
Umur berpengaruh terhadap tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan. McDonald & Coburn, (1998) menemukan bahwa kelompok wanita dengan umur lebih dewasa memiliki tingkat pemanfaatan layanan pre-natal yang lebih. Hubungan antara umur dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan pada umumnya digambarkan dengan kurve U. kelompok umur yang sangat muda dan kelompok umur yang tua merupakan kelompok umur yang paling banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan karena dihubungkan dengan morbiditas
b). Jenis kelamin (pola relasi antar gender)
Perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap penggunaan pelayanan kesehatan, perbedaan ini baik secara biologis (sex) maupun secara sosial (gender). Secara biologis, perempuan memiliki alat reproduksi yang lebih kompleks dibanding dengan laki-laki, dan secara sosial karena posisinya, perempuan lebih rentan terhadap berbagai macam penyakit dibanding dengan laki-laki. Perbedaan-perbedaan ini menimbulkan pola penyakit dan pola akses terhadap pelayanan kesehatan yang berbeda (Richters, 1997). Pola relasi gender yang ada di masyarakat sangat mempengaruhi pola-pola hidup masyarakat, termasuk didalamnya pola pengambilan keputusan.
Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti nilai-nilai sosial budaya, pengetahuan dan kesadaran akan kesehatan, dan kemampuan untuk membayar sehingga pengambilan keputusan untuk mencari pelayanan kesehatan merupakan hasil jaringan interaksi yang kompleks (Timyan at al, 1993), keputusan tersebut dapat dibuat oleh wanita itu sendiri, atau oleh suaminya, anggota keluarga, masyarakat, tokoh masyarakat dan lainnya, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor di atas.
Pola relasi gender yang menempatkan wanita pada posisi subordinat menyebabkan kaum wanita berada dalam posisi tidak bisa mengambil keputusan sendiri sekalipun menyangkut kehidupannya sendiri.
2). Struktur Sosial
Perbedaan pola pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan disebabkan oleh struktur sosial yang berbeda.
a). Pendidikan
Status pendidikan ibu berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayana, karena status pendidikan mempengaruhi kesadaran dan pengetahuan wanita tentang kesehatan (Zaidi, 1998), hal yang sering menjadi penghambat bagi pemanfaatan jasa pelayana tersebut adalah kurangnya kesadaran dan pengetahuan ibu tentang hal-hal yang berkaitan dengan perilaku kesehatan. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan wanita sangat bervariasi, mulai dari tidak mengetahui tempat pelayanan kesehatan yang tersedia hingga kurangnya pemahaman tentang manfaat pelayanan, tanda-tanda bahaya atau kegawatan yang memerlukan pelayanan. Sebagai contoh, di banyak Negara, kehamilan tidak dianggap sebagai kondisi yang memerlukan perawatan kecuali jika ada komplikasi kehamilan sampai trimester kedua karena mereka tidak menyadari atau mengabaikan pentingnya pelayanan,
Pengetahuan dan kesadaran wanita tentang pentingnya upaya pemeliharaan kesehatan terkait erat dengan status pendidikan. Wanita adalah orang yang bertanggungjawab terhadap kesehatan diri dan keluarganya, jika status pendidikan wanita meningkat maka status kesehatan keluarganya akan meningkat pula.
b). Kepercayaan / Budaya
Hubungan antara situasi sosial budaya dengan status kesehatan masyarakat menyangkut tiga hal yaitu 1) status sosial berpengaruh terhadap status kesehatan 2) karakteristik status sosial berpengaruh terhadap akses pelayanan kesehatan dan 3) norma dan nilai-nilai budaya berpengaruh terhadap perilaku kesehatan masyatarakat.
Kendala utama pemanfaatan pelayanan kesehatan berkaitan dengan konflik antara penjelasan fenomena kesehatan secara biomedik dan tradisional. Sebagai contoh salah satu daerah di provinsi Maluku ditemukan kepercayaan bahwa persalinan lama diyakini sebagai hukuman atas ketidaksetiaan wanita, selain itu ada anggapan bahwa penyakit yang diderita hampir selalu ada hubungannya dengan roh atau ilmu gaib.
b. Faktor pemungkin (enabling)
1) Status Ekonomi
Status ekonomi suatu kelompok masyarakat berpengaruh terhadap status kesehatan masyarakatnya. Status ekonomi yang rendah akan tercermin dalam status kesehatan yang dimiliki masyarakat seperti, angka kematian dan kesakitan yang tinggi, kondisi malnutrisi dan aksesibilitas terhadap pemeliharaan kesehatan yang rendah. (Casas,1994).
Pendapatan keluarga merupakan salah satu factor determinan terhadap akses pelayanan kesehatan. Kemampuan financial keluarga mempengaruhi apakah keluarga tersebut dapat membayar pelayanan kesehatan seperti membeli obat, membayar biaya pelayanan, membayar biaya transportasi ke tempat pelayanan, membeli bahan makanan yang menunjang keperluan nutrisi dan perlengkapan kesehatan yang lain.


2) Sarana pelayanan kesehatan
Menurut Bank Dunia, hambatan utama yang dihadapi oleh masyarakat sosial ekonomi rendah untuk memperoleh pelayanan kesehatan adalah kurangnya infrastruktur fisik. Hal ini tentu saja masih dialami oleh sebagian besar wanita di Negara berkembang, yang menunjukkan ketidakadilan yang besar dalam distribusi petugas dan fasilitas kesehatan yang memadai, serta infrastruktur komunikasi dan transportasi yang belum dikembangkan secara memadai. Sumber-sumber kesehatan secara tidak proporsional lebih banyak dimanfaatkan untuk daerah perkotaan dibanding pelayanan kesehatan primer di pedesaan, sehingga yang terjadi adalah ketidakadilan pelayanan di daerah perkotaan dan pedesaan.
Pemanfaatan kader kesehatan masyarakat merupakan salah satu contoh pemberian beban yang tidak proporsional bagi masyarakat desa, yang diminta secara khusus dan sukarela membantu menyediakan sumberdaya, sementara keluarga-keluarga di daerah perkotaan menggunakan bantuan pemerintah dan pelayanan kesehatan bersubsidi.
3). Keterjangkauan Pelayanan
Jarak membatasi kemampuan dan kemauan wanita untuk mencari pelayanan, terutama jika sarana transportasi yang tersedia terbatas, komunikasi sulit dan di daerah tersebut tidak tersedia tempat pelayanan.
4). Petugas Kesehatan
Kendala yang berkaitan dengan ketersediaan petugas kesehatan adalah jumlah personalia yang tidak memadai dan distribusi yang tidak adil. Sebagai contoh, di daerah pedesaan sering ditempatkan bidan yang kemampuan dan kertampilannya belum memadai. Bidan yang baru lulus kadang belum begitu menguasai kertampilan kebidanan umum. Solusi untuk hal ini adalah perlunya pelatihan di tempat kerja, namun biaya pelatihan pada umumnya adalah cukup mahal.
5). Mutu Pelayanan
Batasan mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program, Crosby (1984), mutu adalah kepuasan dari standar yang telah ditetapkan sedangkan yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan bermutu secara umum adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan sesuai dengan tingkat kepuasan, rata-rata penduduk, serta penyelenggaranya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan. (Azwar,1994) suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan yang bermutu apabila menurut semua masyarakat pelayanan kesehatan dapat memuaskan pasien.
a). Pelayanan KIA
Pelayanan kesehatan adalah pertolongan kesehatan baik peningkatan kesehantan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif), oleh tenaga kesehatan terhadap masyarakat yang dilakukan oleh pihak pemerintah maupun swasta. Sedangkan yang dimaksud Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah pelayanan kesehatan kepada ibu hamil, ibu menyusui, nifas dan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan gizi pada anak. Pelayanan program KIA selama ini dirasakan masih lemah dan perlu diperbaiki.
Hal-hal yang melatar belakangi lemahnya pelayanan program KIA antara lain 1) upaya pelayanan KIA yang belum memadai, artinya upaya pelayanan KIA dapat dilihat dari berbagai aspek seperti penyedia fasilitas KIA yang belum memadai. 2) keadaan masyarakat yang belum menunjang, artinya tingkat pendidikan khususnya ibu, serta tingkat sosial ekonomi masyarakat pedesaan yang relatif rendah menyebabkan peran serta masyarakat belum sesuai yang diharapkan.
Untuk mengurangi masalah kesehatan pada ibu dan anak tersebut dapat dilakukan dengan memberikan pelayanan yang sesuai standar dalam bidang kesehatan. Untuk memberikan pelayanan yang memenuhi standar (baik) tersebut mulai dari kehamilan sampai persalinan dibutuhkan tenaga yang tepat dan berwewenang dalam memberikan pelayanan.
b). Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan atau pemeriksaan kehamilan yang dilakukan setiap tri bulan dalam masa kehamilan. Tujuan umum pelayanan antenatal adalah untuk memelihara serta meningkatkan kesehatan ibu selama hamil sesuai dengan kebutuhan, sehingga dapat menyelesaikan kehamilan dengan baik dan melahirkan bayi dengan sehat (Depkes RI, 1993).
Pelayanan antenatal kepada ibu hamil sesuai pedoman pelayanan KIA adalah: 1) pemeriksaan antenatal (ANC) minimal 4 (empat) kali selama kehamilan dengan ketentuan satu kali dalam triwulan I, satu kali dalam triwulan II, dua kali dalam triwulan III. 2) asuhan standar menimal 5T yaitu timbang berat badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri dan pemberian tablet besi (Depkes RI, 1994) .
Standar pelayanan di atas ditentukan untuk menjamin mutu pelayanan ibu dan anak sehingga tujuan pelayanan antenatal dapat dicapai serta bermakna. Hal ini berarti bahwa pelayanan yang tidak sesuai dengan standar belum dapat diperhitungkan sebagai jangkauan pelayann antenatal.
c. Faktor kebutuhan (need)
Orang akan melakukan atau mencari upaya pelayanan kesehatan bila di dalam dirinya ada kebutuhan yang dirasakan akan pelayanan kesehatan tersebut.
Keadaan status kesehatan seseorang menimbulkan suatu kebutuhan yang dirasakan (felt need) dan membuat seseorang mengambil keputusan untuk mencari upaya pertolongan kesehatan atau tidak. Perwujudan dari kebutuhan yang dirasakan(felt need) tersebut dinamakan permintaan (demand). Dalam pelayanan kesehatan, kebutuhan akan kesehatan belum tentu berubah menjadi permintaan. Keadaan permintaan dan kebutuhan pelayanan kesehatan dapat digambarkan dalam suatu konsep fenomena gunung es. Kebutuhan akan pelayanan kesehatan berwujud suatu gunung es yang hanya sedikit puncaknya terlihat sebagai permintaan. Upaya pelayanan kesehatan tentunya harus berusaha agar batas air menjadi serendah mungkin agar permintaan nampak lebih besar. Untuk itu diperlukan upaya-upaya untuk memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya permintaan tersebut (Trisnantoro, 1997).

No comments:

Post a Comment