Pada setiap satu siklus haid FSH (follicle stimulating hormone) dikeluarkan oleh lobus anterior hypophysis yang menimbulkan beberapa folikel primer yang dapat berkembang dalam ovarium. Umumnya satu kadang-kadang juga lebih dari satu, berkembang menjadi folikel de Graff yang membuat estrogen.Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga lobus anterior hypophysis dapat mengeluarkan hormon gonadotropin yang kedua, yakni LH (luteinising hormone). Produksi kedua hormon gonadotropin (FSH dan LH) adalah dibawah pengaruh Releasing Factors (RF) yang disalurkan dari hypothalamus ke hypophysis. Penyaluran RF ini sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hypothalamus. Juga oleh pengaruh dari luar seperti cahaya, bau-bauan melalui bulbus olfactorius dan hal- hal psikologik (Wiknjosastro, 2006).
Di bawah pengaruh LH folikel de Graaf menjadi lebih matang, mendekati permukaan ovarium, dan kemudian terjadilah ovulasi. Pada ovulasi ini kadang-kadang terdapat perdarahan sedikit yang akan merangsang peritoneum di pelvis, sehingga timbul rasa sakit yang disebut intermenstrual pain (Mittleschmerz). Juga dapat diikuti oleh adanya perdarahan sedikit pada vagina (Wiknjosastro, 2006).
Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah corpus rubrum yang akan menjadi corpus luteum di bawah pengaruh hormon-hormon LH dan LTH (Luteotrophic hormone). Corpus luteum menghasilkan hormon progesteron. Progesteron ini mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah berproliferasi dan menyebabkan kelenjar-kelenjarnya berkeluk-keluk dan bersekresi (masa sekresi) (Wiknjosastro, 2006).
Bila tidak ada pembuahan, corpus luteum mengalami degenerasi dan ini mengakibatkan bahwa kadar estrogen dan progesteron menurun. Menurunnya kadar estrogen dan progesteron menimbulkan efek pada arteri yang berkeluk-keluk di endometrium. Tampak dilatasi dan stasis dengan hyperaemia yang diikuti oleh spasme dan ischaemia. Sesudah itu terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang nekrotik. Proses ini disebut haid. Apabila ada pembuahan dalam masa ovulasi ini, maka corpus luteum tersebut dipertahankan, bahkan berkembang menjadi corpus luteum graviditatis (Wiknjosastro, 2006).
No comments:
Post a Comment