Stimulasi dini adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sejak janin 6 bulan didalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk merangsang semua system indra (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan). Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan halus tangan dan kaki (http://www.tabloid-nakita.com).
Rangsangan dilakukan sejak bayi baru lahir, terus-menerus, bervariasi, dengan suasana bermain dan kasih sayang, akan memacu berbagai aspek kecerdasan anak (kecerdasan multiple) yaitu kecerdasan : logika-matematik, emosi, komunikasi bahasa (linguistic), kecerdasan musical, gerak (kinestetik), seni rupa, dan lain-lain (http://www.tabloid-nakita.com).
Anak yang banyak mendapatkan stimulasi akan lebih cepat berkembang dari pada anak yang kurang atau bahkan belum dapat stimulasi. Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Pada awal perkembangan anak berada pada tahap sensorik motorik. Pada tahap ini keadaan kognitif anak akan memperlihatkan aktifitas motoriknya yang merupakan hasil dari stimulasi sensorik. Stimulasi bermain mendorong perkembangan potensi yang diwarisi. Ini terutama penting selama bulan-bulan awal kehidupan sebelum bayi dapat berjalan dan dapat melakukan sesuatu sendiri (Hurlock, cit Hartiningsih, 2007).
Pada tahun-tahun pertama tumbuh kembang anak, anak belajar mendengarkan yang disebut juga “periode kesiapan mendengarkan”. Stimulasi verbal pada periode ini sangat penting untuk perkembangan bahasa anak pada tahun pertama kehidupannya. Karena kualitas dan kuantitas vokalisasi seorang anak dapat bertambah dengan stimulasi verbal dan anak akan belajar menirukan kata-kata yang didengarkannya. Stimulasi taktil juga dibutuhkan oleh anak, kurangnya stimulasi taktil dapat menyebabkan penyimpangan perilaku sosial, emosional dan motorik. Perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi yang diperlukan oleh anak. Stimulasi macam ini akan menimbulkan rasa aman dan rasa percaya diri pada anak sehingga anak akan lebih responsif terhadap lingkungan dan lebih berkembang (Soetjiningsih, cit Wardani, 2008). Optimalisasi perkembangan anak dapat dilakukan dengan cara menstimulasi kemampuan anak sesuai dengan usianya.
No comments:
Post a Comment